Detoks Sosmed, Meningkatkan Konsentrasi dan Fokus Kita – Halo, sobat milenial ! Bagaimana kabarnya saat ini ? Semoga kalian selalu baik-baik saja dan selalu dalam lindungan-nya amin ya robbal alamin.

Sampai detik ini siapa gerangan, yang tidak mengenal apa itu media sosial? Saya yakin 10000% bisa dipastikan kalian semua mengetahuinya dan mungkin beberapa dari kita juga ada yang mempunyai sosial media lebih dari satu platform. Sosial media pada saat ini memang bisa dibilang penting sekali dalam hal fungsionalitas.Bisa dibilang sudah seperti ibaratnya jendela dunia dalam genggaman.

Detoks Sosmed

Menurut data yang telah dihimpun dari Hootsuite pada kisaran tahun 2021, para pengguna media sosial di region Indonesia saat ini mencapai 170 juta atau disejajarkan dengan 61,8% jumlah populasi penduduk di Indonesia. Berdasarkan survei bahwasannya media sosial yang paling banyak digunakan yakni YouTube, dengan perolehan sebanyak 93,8% dari jumlah populasi. Untuk selanjutnya, dilanjutkan oleh platform aplikasi pesan instan bernama WhatsApp di urutan kedua serta Instagram di urutan ketiga.

Sudah bisa dipastikan dan tidak perlu menduga-duga,  bahwa anak-anak milenial dan z seperti mimin sama persis dengan kalian yakni memakai 3 platform sosial media di atas. Selain dengan alasan agar kita bisa selalu mengetahui informasi terbaru dan kekinian yang sedang terjadi di kancah global, media sosial juga dapat bisa kita mengetahui situasi dan kondisi teman-teman kita dimanapun mereka berada. Seperti ini misalnya mereka sedang ngapain, lagi bermain dimana, sekarang kerja di mana, dan lain sebagainya.

Tapi suatu moment, kalian merasakan tidak hal serupa tidak, misalkan terkadang kita sering lupa waktu disaat kita mengakses media sosial saat itu ? Kadang sampai mengganggu pekerjaan, mengganggu waktu tidur, bahkan sampai mengganggu banyak aktivitas lainnya yang terbilang cukup penting. Nah, apabila sampai seperti kondisi seperti ini, artinya diri ini sudah kecanduan dengan apa yang namanya itu media sosial.

 

Mengapa media sosial dapat membuat kecanduan (adiktif) ?

Perlu kita ketahui sebelumnya bahwa ternyata bukan hanya alkohol serta obat-obatan yang dapat menimbulkan efek kecanduan, lho. Berbagai macam kegiatan sehari-hari, seperti misalnya berbelanja, bermain game, minum kopi, ataupun bermain media sosial juga dapat menimbulkan kecanduan apabila intensitasnya sudah melewati batas wajar.

Apabila kita memahami secara lebih cermat antara kecanduan obat-obatan, kecanduan media sosial, maupun kecanduan hal lainnya, ternyata hal tersebut semuanya hampir memiliki tanda-tanda yang sama. Yakni, kesemuanya sama-sama memiliki dampak ketergantungan bagi para pecandunya.

Dibawah ini beberapa informasi mengenai ciri-ciri yang dapat menunjukkan gejala seseorang mengalami kecanduan hal apapun antara lain sebagai berikut:

 

– Ketidakmampuan dalam mengontrol dalam melakukan suatu aktivitas yang diminatinya.

– Mereka dapat sangat berlebihan dalam melakukan suatu aktivitas yang dijalaninya.

– Hasrat dan keinginan untuk melakukan suatu aktivitas bahkan melebihi kadar dari waktu sebelumnya.

– Mulai terlihat suatu gejala-gejala kemunduran setiap kali ingin berhenti dari jeratan kecanduannya, seperti misalnya mudah merasakan emosi, gelisah tanpa sebab, dan kebingungan kecemasan muncul secara seketika.

– Pola hubungan dengan lingkungan sosialnya mulai terasa terganggu dan adanya permasalahan dengan keadaan psikologinya.

 

Tidak dapat dipungkiri bahwa segala hal yang menyenangkan memang dapat menyebabkan rasa kecanduan. Hal demikian karena adanya peningkatan hormon dopamin pada otak saat melakukan hal tersebut.

Dopamin merupakan sebuah cairan yang terdapat pada otak yang membantu dalam mengontrol emosi rasa senang. Kecanduan sendiri dapat meningkatkan pelepasan dopamin dalam otak secara tidak terkendali frekuensinya karena intensitas yang terus berulang-ulang.

Pada hakekatnya dopamin akan memberikan sinyal pada otak untuk melakukannya lagi lagi dan lagi. Hal demikian biasanya disebut dengan kekambuhan, walaupun si pecandu sudah berusaha untuk berhenti dari pola kecanduannya. Semakin sering aktivitas kecanduan dilakukan oleh si pengidap, maka secara otomatis akan lebih kuat sinyal yang diberikan oleh dopamin pada otak.

 

Efek Negatif Kecanduan Sosial Media terhadap Kesehatan Mental

Menggunakan sosial media untuk sekedar mencari hiburan mungkin tidak terlalu berbahaya. Akan tetapi apabila kalian sampai ke tahap kecanduan, tentu hal tersebut akan mempengaruhi kondisi kesehatan mental kita. Beberapa kondisi ke yang mungkin kita alami adalah sebagai berikut ini :

  1. Self-esteem atau kepercayaan diri yang menjadi rendah
  2. Meningkatkan kecenderungan untuk merasa kesepian
  3. Membuat diri merasa cemas atau bahkan mengarah ke depresi
  4. Produktivitas kerja menurun
  5. Kualitas tidur menurun
  6. Mengalami gangguan kecemasan sosial
  7. FOMO (Fear of Missing Out)

Tidak ada yang salahnya ketika kita menggunakan sosial media sekedar untuk melepas penat ataupun stres setelah seharian bekerja. Akan tetapi, apabila kalian mulai merasakan penggunaan sosial media menyebabkan kita merasa kecanduan, maka sudah saatnya kita mempertimbangkan untuk berhenti segera mungkin. Salah satu cara yang disarankan untuk bisa melepas dari kecanduan media sosial adalah dengan melakukan terapi detoks sosmed.

Detoks sosmed merupakan satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi intensitas pemakaian media sosial untuk sementara waktu. Untuk durasi lamanya melakukan detoks sosmed tergantung dari masing-masing individu. Kalian bebas untuk melakukan detoks selama kurun waktu 3 hari, 5 hari, atau mungkin bisa saja sebulan. Nah, apabila kalian masih merasa kebingungan bagaimana cara melakukan detoks sosmed, berikut dibawah ini beberapa tips yang mungkin dapat bisa membantu.

Tips dan Trik Melakukan Detoks Sosmed

 

1. Membatasi waktu bermain sosial media

Langkah pertama yang mudah dilakukan adalah dengan cara membatasi waktu dalam mengakses media sosial. Apabila biasanya kalian dapat bermain sosial media selama kurun waktu 6 jam, sekarang kita perlu mereset ulang waktumu. Pada saat melakukan detoks, cobalah untuk mengakses sosial media sedikit mungkin atau hanya apabila memang diperlukan saja. Mungkin dalam satu hari kita dapat memasang target harian hanya sekitar 3 jam saja.

Untuk panduan awal, mungkin akan terasa sedikit sulit dilakukan. Apalagi jika kalian termasuk pengguna media sosial aktif ditambah mempunyai banyak waktu luang. Biasanya kalian akan otomatis mengakses media sosial lalu kemudian scrolling sampai terlena dengan waktu yang terus bergulir. Nah, hal demikian yang harus kita waspadai dari awal.

Apabila diperlukan, kita mengatur juga jadwal dari jam berapa saja kita bisa mengaksesnya dan setelah itu memasang alarm agar kita tidak malah kebablasan. Selain itu hindari juga mengakses sosial media saat akan tidur malam. Karena radiasi pantulan sinar dari smartphone juga dapat mengganggu kualitas tidurmu malam kalian.

2. Membuat area bebas smartphone

Pada saat ini keberadaan smartphone sama pentingnya seperti dengan dompet. Kemanapun kita akan pergi, rasanya smartphone merupakan benda yang wajib hukumnya untuk selalu dibawa kemanapun. Jadi, rasanya bisa dipastikan berat sekali apabila harus secara tiba-tiba lepas dari jeratan smartphone. Namun, demi menjaga kualitas hidup yang lebih baik kita harus memaksakan diri sendiri untuk membuat area bebas dari smartphone.

Kita dapat menentukan sendiri area-area yang bisa dikategorikan “steril” dari penggunaan smartphone. Mungkin saja bisa ruang makan ataupun ruang keluarga. Jadi,pada saat berada di area tersebut kita dapat berfokus untuk berkumpul dengan sanak keluarga. Apabila memungkinkan, kita juga dapat menonaktifkan notifikasi pada sosial media supaya tidak mudah tergoda untuk mengaksesnya.

3. Menghapus platform aplikasi sosial media

Menurutku hal demikian merupakan langkah yang paling ekstrim untuk kalian yang masih keseringan “gatal” dalam membuka sosial media. Tidak semua platform aplikasi harus dihapus keberadaanya dan alhasil smartphone menjadi kosong. Pilih saja beberapa aplikasi yang paling banyak “memakan” waktumu serta membuat kita menjadi kecanduan.

Tidak perlu dihapus selama-lamanya, karena sudah pasti ini akan terasa sangat sulit. Untuk eksperimen pertama kalian mungkin dapat menghapus aplikasi selama kurun waktu 3 – 5 hari saja. Setelah itu mencoba resapi adakah yang berubah dari diri sendiri.

Setelah kita berhasil puasa media sosial selama kurun waktu 3 – 5 hari itu, kita boleh mendownload lagi aplikasinya. Berikutnya, batasi penggunaannya selama beberapa hari dan coba hapus aplikasi dengan waktu yang sedikit lebih lama dari sebelumnya. Coba untuk merasakan perbedaan antara sebelum dan sesudah melakukan detoks sosmed ini kedepannya.

 

Untuk bisa lepas dari kebiasaan yang terus berulang ini memang cukup sulit dilakukan namun bukan berarti tidak bisa. Perlu niat tekad yang kuat serta konsistensi dalam melakukannya. Akan tetapi, apabila kalian masih merasa kesulitan untuk melakukan detoks serta kecanduan ini terus-menerus mengganggu aktivitas keseharian kita, alangkah baiknya kalian segera mencari bantuan tenaga profesional segera mungkin.

By Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *